Sabtu, 26 Januari 2013

Bila Kemarahan Tak Terkendali



Pernahkah Anda mendengar perkataan, “Saya tidak mau berbuat jahat. Akan tetapi, bila ada orang yang berbuat jahat kepada diri saya, saya bisa membalas dengan lebih jahat!” Ide balas-membalas inilah yang menjadi tema sebagian besar film silat. Ide balas-membalas ini pula yang melatarbelakangi tawuran antar pelajar dan tawuran antar kampung yang marak terjadi di Indonesia belakangan ini.

Apa kesan Anda ketika membaca kisah pembunuhan sadis terhadap Hemor dan Sikhem serta para pria di kota mereka yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi sebagai pembalasan terhadap Sikhem yang telah memperkosa Dina, adik perempuan Simeon dan Lewi. Apakah wajar bila kesalahan satu orang yaitu Sikhem harus dibayar dengan pembunuhan terhadap seluruh penduduk kota?

Kemarahan adalah emosi yang wajar muncul bila kita menyaksikan suatu kejahatan atau suatu tindakan yang tidak semestinya dilakukan, bahkan tidaklah wajar bila kita tidak ketika melihat kejahatan terjadi di depan mata kita. Akan tetapi, kemarahan harus dikendalikan agar jangan sampai kemarahan kita membuat kita melakukan hal yang lebih jahat atau membuat kita melakukan hal-hal yang tidak semestinya kita lakukan. Kita tidak bisa membenarkan tindakan Simeon dan Lewi yang membalas kejahatan Sikhem dengan tindakan yang lebih jahat. Di kemudian hari, saat Yakub memberikan berkatnya kepada anak-anaknya menjelang ajalnya, Yakub pun juga mencela pembunuhan yang dilakukan oleh Simeon dan Lewi tersebut (49:5-7).

Ingatlah bahwa kemarahan bisa menjadi pintu masuk bagi Iblis untuk membuat kita berbuat dosa. Oleh karena itu, kita harus segera menyelesaikan semua persoalan yang membuat kita marah. 

Efesus 4:26-27
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis..” 
^_^*

sumber : Renungan Gereja Kristus Yesus


Tidak ada komentar:

Posting Komentar