Ini
Medan, bung! Adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan betapa kerasnya kehidupan
di ibu kota Sumatera Utara ini. Udara yang panas cenderung membuat orang akan
mudah terbakar emosi, sehingga memang tidak mudah untuk berlalu lintas di sana
bagi pendatang. Kita pun tahu cuplikan sebuah lagu yang kemudian dijadikan “branding”
untuk sebuah bentuk kehidupan serba sulit di ibu kota Jakarta. “Siapa suruh
datang ke Jakarta”, demikian bunyinya. Sementara banyak orang mendambakan
kehidupan yang lebih layak dengan datang ke ibu kota, tetapi ternyata tingkat
kesulitan yang tinggi dan semakin tidak pedulinya orang terhadap sesamanya
membuat perjuangan di sana kerap menghasilkan air mata bagi orang-orang yang
hendak mencoba mencari penghidupan lebih baik ketimbang di daerah sendiri. “Kejamnya
ibu tiri tak sekejam ibu kota”, demikian bunyi salah satu ungkapan lainnya. Di
tengah-tengah kerasnya kehidupan manusia pada masa kini telah mengakibatkan
ketimpangan sosial. Orang miskin semakin banyak, orang-orang yang tersisih
semakin menderita, pengangguran semakin meningkat dan makin banyak orang yang
merasa tertindas akibat struktur yang tidak adil. Di tengah-tengah kehidupan
seperti itu, Tuhan memanggil kita untuk melakukan sesuatu bagi orang-orang
kecil dan terhina.
Tuhan
Yesus telah memberikan keteladanan secara langsung bagaimana kita seharusnya
menjalani hidup ketika kita dikuasai dan digerakkan oleh kasih. Sepanjang
perjalanan hidup-Nya di muka bumi ini Yesus terus menunjukkan empatinya
terhadap penderitaan manusia. Dia rela disiksa hingga mati di atas kayu salib
untuk menggantikan kita yang seharusnya layak menerima itu. Keselamatan bagi
seluruh umat manusia, itupun lahir dari kasih yang begitu besar dari Allah
kepada manusia ciptaan-Nya.
Jika
Tuhan adalah kasih, dan Dia menyatakan kasihnya secara luar biasa bagi kita,
dan kita mengaku sebagai anak-anak-Nya, maka sudah seharusnya kitapun
mencerminkan sebuah sikap yang sama pula. Di saat orang-orang semakin tidak
peduli terhadap sesamanya di akhir zaman, ini kesempatan bagi kita untuk
menunjukkan sebuah sikap berbeda ketika kasih Kristus menguasai dan
menggerakkan diri kita. Sebuah kasih yang mendasari perbuatan kita untuk
menolong orang lain, siapapun mereka, bukan saja akan menjadi berkat tersendiri
bagi mereka, tapi itu juga akan membuat kita dihitung sedang melakukan sesuatu
untuk Tuhan. Perhatikan di sekeliling anda, sudahkah anda peduli dengan
permasalahan mereka hari ini? Mengapa tidak mulai dari sekarang untuk melakukan
sesuatu??
^_^*
Kutipan
: Matius 25:40
sumber : http://www.gkpi.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar