Kamis, 10 Januari 2013

MARTIR TERSEMBUNYI (The Voice Of The Martyrs)



Martin Kristen adalah "seorang yang memilih untuk menderita sampai mati daripada menyangkal Kristus atau karya-Nya; yang mengorbankan sesuatu yang sangat penting untuk melebarkan Kerajaan Allah; dan yang bertahan dalam penderitaan yang hebat karena menjadi saksi Kristus.

1. ALBAN (Martir Inggris Pertama)

Dalam sejarah kerajaan Roma, salah satu penganiayaan terburuk atas orang-orang Kristen terjadi pada masa Dioklesia (284-305 M). Keinginannya untuk mengembalikan agama berhala Romawi menyebabkan terjadinya penganiayaan besar-besaran terhadap orang Kristen. Inilah penganiayaan terbesar dan yang terakhir di masa kerajaan Roma.

Salah satu korban Dioklesia adalah seorang Kristen bernama Alban. Mulanya Alban adalah seorang kafir. Suatu hari seorang pendeta Kristen bernama Amphibalus membagikan kebenaran Kristus kepadanya.

Karena imannya, Amphibalus dikejar-kejar para penguasa dan seperti Rahab yang menyembunyikan dua pengintai yang diutus melihat tanah Perjanjian, Alban pun menyembunyikan Amphibalus di rimahnya.

Ketika para serdadu tiba untuk mencari Amphibalus di rumahnya, Alban mengaku dirinya sebagai Amphibalus supaya Amphibalus sendiri punya cukup waktu untuk melarikan diri. Kebohongan Alban segera diketahui dan pemerintah memerintahkan untuk mencambuk lalu memenggal kepalanya.

Orang yang telah ditunjuk untuk mengeksekusi Alban tiba-tiba bertobat dan memohon kepada Alban supaya  ia boleh mati untuknya atau dengannya. Akhirnya, ia pun dihukum mati bersama dengan Alban. Keduanya dipenggal pada 22 Juni 287.

Kota St. Laban's di Hertfordshire, Inggris, diberi nama St. Alban's untuk mengenang Alban karena keberaniannya menyerahkan nyawanya bagi temannya (Yohanes 15:13). Apa yang kita lakukan jika para petugas datang ke pintu kita mencari pendeta kitauntuk dibunuh?

Bahkan hari ini, saat orang-orang Kristen di negara-negara terlarang dipenjara karena iman mereka, pelayanan mereka tidak berhenti sampai di situ. Pendeta Wumbrand mendapat hak istimewa melihat Letnan Grecu yang menginterogasi dirinya di penjara, meletakkan imannya pada Yesus.

Doa-doa kita dapat menyiapkan hati para pengeksekusi, penginterogasi dan penjaga penjara bahkan para pemimpin bangsa!

2. Justin Sang Martir

Umat Kristen abad pertama disebut sebagai 'atheis' oleh pemerintah Roma. Mereka dieksekusi karena tidak menyembah dewa-dewa Romawi. KeKristenan merupakan perbuatan ilegal.

Flavius Justinus dilahirkan pada masa itu. Sebagai seorang yang berpendidikan tinggi, ia mempelajari berbagai filosofi Yunani yang lazim. Tapi, hanya kehampaan yang diperolehnya. Pada tahun 132 M, seorang pria tua dengan sabar membawa Justin kepada Kristus, ia menjelaskan nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias.

Dengan sepenuh hati dan seluruh otaknya, Justin kemudian menjelaskan keKristenan sebagai filosofi sejati. Dengan mempertaruhkan nyawanya, ia secara terang-terangan mendebat orang-orang terkenal yang tidak percaya. Ia menulis dokumen yang mengesankan, sebanyak 8.000 kata, kepada Kaisar, ia membela dan menjelaskan hal keKristenan dan Kerajaan Allah.

Justin dan enam muridnya dipancung pada tahun 165 M. Setelah meninggal, nama belakangnya diganti oleh orang-orang Kristen menjadi "martir" yang juga berarti "saksi." Justin Martir bukan saja seorang saksi bagi orang-orang Romawi penyembah berhala, dia juga seorang saksi bagi kita....sekarang.l enam

3. Henry Martyn

"Sekarang biarkan saya terbakar untuk Tuhan!" Henry Martyn berkata pada saat ia menginjakkan kakinya di Calcutta pada bulan April 1806. Henry meninggal enam tahun kemudian pada usianya yang ke-31. Ia mengabdikan dirinya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia selama 6 tahun itu.

Pendeta Charles Simeon telah membangkitkan ketertarikan Martyn untuk memberitakan Injil di daerah Asia Timur setelah ia menceritakan misi yang dilakukan oleh Willian Carey di India.

Perusahaan Inggris (EIC) di India tidak menyukai keberadaan seorang misionaris di tempat mereka. Mereka memandang misionaris sebagai ancaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan orang lokal di mana hal tersebut dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi bisnis mereka. Charles Simeon diam-diam bekerjasama dengan Charles Grant sebagai pimpinan dari EIC untuk menempatkan para misionaris di India. Selain, mengabarkan Injil kepada orang inggris di India, mereka juga mengabarkan Injil kepada penduduk setempat. Henry Martyn adalah salah satu dari beberapa orang yang ditunjuk untuk pergi ke India sebagai misionaris yang mewakili EIC.

Henry berlayar dari Inggris dan meninggalkan keluarganya, temannya, dan Lydia, wanita yang dicintainya. Setibanya di India, ia menghabiskan waktu selama lima bulan tinggal di Serampore sambil menunggu di mana ia akan ditempatkan. Ia tinggal bersama Rev. David Rowan dan keluarganya. Brown adalah seorang misionaris dari Benteng William di calcutta dan seorang Yahudi yang memimpin penerjemahan Alkitab ke dalam berbagai bahasa Asia Timur. Grub misionaris William Carey juga berada di serampore dan Martyn bertemu dengannya.

Pada saat Henry berada di Asia, ia menerjemahkan Alkitab perjanjian baru dan buku tentang doa dari gereja Anglikan ke dalam bahasa India. dengan menggunakan biaya sendiri, mendirikan sejumlah sekolah bagi penduduk lokal. Ia menjadi seorang misionaris yang dapat mengabarkan Injil kepada penduduk lokal. Ia sering mendapat ancaman akan dibunuh. Martyn juga menerjemahkan kitab Perjanjian Baru dan kitab Mazmur ke dalam bahasa Persia.

Kesehatan Martyn menjadi semakin memburuk. Ia menderita penyakit TBC yang juga telah merenggut nyawa kedua orang tua dan adiknya. Dokter menganjurkan supaya ia melakukan perjalanan dengan kapal untuk memperbaiki kondisi kesehatannya. Pada bulan Januari tahun 1811 ia meninggalkan India menuju Persia (sekarang bernama Iran). Ia beristirahat di pegunungan daerah Shiraz sampai sebagian tenaganya pulih kembali. Martyn tinggal di sana selama satu tahun dan ia menghaluskan bahasa Persia dalam Alkitab Perjanjian Baru. Ia sering berdiskusi dengan pemeluk 'agama lain.'

Martyn kembali ke Inggris untuk memulihkan kesehatannya. Setelah itu ia pergi ke Konstantinopel (Turki). Ia menginggal di Turki karena penyakitnya dan dikuburkan pada tanggal 16 Oktober 1812.

4. Roy Pontoh (Martir Kecil Berjiwa Besar)

Kerusuhan di Ambon telah menelan banyak korban jiwa. Roy Pontoh adalah salah seorang remaja Kristen yang mati pada usianya yang masih belia, 15 tahun, karena imannya kepada Kristus.

Sepulang mengikuti sebuah retreat remaja di Field Station Fakultas Perikanan Unpatti di Hila bagian utara pulau Ambon, imannya diuji. Di tengah-tengah perjalanan, rombongan terjebak oleh kerusuhan pertama antar umat Muslim dan Kristen sehingga mereka harus berhenti di tengah jalan.

Pada saat itulah mereka didatangi oleh sejumlah orang bersenjata yang memaksanya menyangkal Kristus. Roy Pontoh menjawab,"Beta Laskar Kristus!" (artinya: Saya Laskar Kristus, yang juga menjadi tema retreat). Mendengar jawaban itu, kelaplah sang penyerang yang kemudian mengayunkan sebilah pedang menyabet tubuh tubuh Roy. Roy tersabet dan mencoba bertahan. Ia dipaksa lagi oleh penyerang untuk menyangkal imannya. Namun, jawabannya tetap. "Beta Laskar kristus!" Tak ayal sabetan pedang pun kembali diayunkan ke tubuhnya, merobek perutnya. Seketika itu pula ia pulang dan disambut oleh Bapa di Surga dalam kemuliaan-Nya.

5. Tahir Iqbal

Tahir Iqbal adalah seorang Kristen berkebangsaan Pakistan. Ia hidup dan meninggal seturut dengan Wahyu 2:10, "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan."

Tahir berasal dari keluarga muslim tradisional. Ia bekerja di Angkatan Udara Pakistan dan kelihatannya masa depannya terjamin. Namun, karena penyakit, separuh badannya lumpuh dan ia harus menggunakan kursi roda. Ia akhirnya dibuang oleh keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan makannya, ia membuka toko reparasi jam.

Suatu saat ada orang-orang Kristen yang baik terhadapnya dan memberinya sebuah Alkitab, ia pun mulai membacanya. Tiga bulan kemudian, Tahir menjadi seorang Kristen dan sering bersaksi kepada pembelinya. Dan ia memberi pelajaran gratis bagi anak-anak. Hal ini membuat imam 'agama lain' marah karena pendapatannya dari mengajar menyusut karena kebaikan hati Tahir. Suatu saat imam ini mendapati Tahir menulis catatan-catatan dalam bahasa Inggris dalam Qur'annya. Hal tersebut dapat dianggap sebagai perbuatan dosa.

Ia melaporkan Tahir kepada polisi. Akhirnya Tahir dituntut karena telah menghina nabi orang itu. Menurut hukum agama orang itu, ia harus dihukum mati. Pada tahun 1990 hakim memenjarakannya kembali, meskipun uang tebusan sudah disediakan, ia tetap belum dibebaskan. Selama 19 bulan berikutnya, Iqbal ditempatkan dalam sel yang sangat kecil. Ia berusaha untuk mendapatkan Alkitab dan mendistribusikan 20 Alkitab dalam penjara.

Meskipun telah menulis surat kepada pemerintah yang berwenang, Tahir Iqbal tetap berada dalam penjara dan menderita muntah darah. Akibatnya ia meninggal dalam penjara karena luka-luka yang dideritanya akibat dianiaya maupun diracuni. Ia dikubur dengan cara 'agama lain' dan doa pemakaman dibacakan oleh imam yang sebelumnya telah menuntut dan melukainya.

Selama berada dalam penjara Tahir Iqbal seringkali diberi janji akan dibebaskan segera jika ia mengingkari iman Kristianinya. Ia menanggapi, "Saya lebih baik mencium tiang gantungan, saya tidak akan pernah menyangkal iman saya."

Apa tanggapan kita terhadap tantangan semacam itu? Siapkah kita mati demi Yesus Kristus? Bersediakah kita menyangkal diri kita sendiri, memikul salib kita dan mengikuti-Nya? Inilah jalan menuju kehidupan! 

6. Dr. Robert J. Bateman

Robert Bateman, pendiri Central City Mission di Jacksonville, Florida, adalah seorang hamba Tuhan yang tidak takut mengotori tangannya untuk melayani Tuhan. Secara pribadi, Bateman datang dari Inggris untuk meletakkan dasar bagi pelayanan di kota itu, tempat di mana para pelaut mabuk menghabiskan waktu di rumah-rumah tato, bar dan pelacuran. Sementara membagi Injil, ia membagian ribuan makanan, memberi pakaian orang-orang yang kekurangan, menjenguk mereka yang di penjara dan memberi tempat berteduh bagi tuna wisma. Ia dijuluki orang yang memberikan sinar kemanusiaan lebih dari orang lain di Jacksonville.

Sebuah surat bernada putus asa dari seorang gadis yang bekerja di sebuah rumah bereputasi buruk memaksa Bateman kembali ke Inggris untuk mempelajari metode pekerjaan sosial Kristen. Dalam perjalanan untuk menyelidiki tempat-tempat kejahatan di London, sang Dokter juga berkotbah untuk kebangkitan dalam kebaktian-kebaktian di gereja-gereja Inggris.

Dalam perjalanan pulang ke Amerika, ia mengadakan satu-satunya kebaktian di atas kapal laut yang dihadiri oleh jemaat sebanyak 2207 orang, dan diakhiri dengan sebuah lagu favorit, yakni "Nearer my God to Thee" (Semakin dekat pada-Mu ya Allahku). Malam itu, pukul 11.45, kapal yang bernama Titanic itu, menghantam bongkahan es. Kala Bateman mengantar saudari iparnya ke sekoci penolong ia berkata, "Jangan gugup, Annie. Peristiwa ini akan menguji iman kita. Aku harus tetap tinggal dan membiarkan para wanita pergi. Seandainya kita tidak bertemu lagi di dunia ini, kita akan bertemu lagi di surga." Lalu ia melemparkan sapu tangan ke arah sekoci yang sedang diturunkan ke laut sambil berkata, "Kenakan sapu tangan itu di lehermu supaya tidak pilek."

Dr. Bateman mengumpulkan sekitar lima puluh laki-laki di atas buritan kapal dan memberitahu mereka untuk bersiap menghadapi kematian. Ia memimpin mereka dengan doa dan sementara band menaikkan lagu favoritnya, yaitu Semakin dekat Pada-Mu ya Allahku. Kapal besar itu mulai tenggelam.

Film dan buku-buku tentang Titanic diakhiri dengan kematian. Sampai nafas penghabisan, Robert Bateman membawa orang-orang pada kehidupan. Kiranya kita pun melakukan hal serupa.

Akan saya sambung lagi, sampai disini dulu. Uda lelah ini tangan. Terima kasih. ^_^*


2 komentar: